Triwulan MWC NU Gunung Agung “Hilangkan Permusuhan Demi Berlangsungnya Persaudaraan”

Gunung Agung. Ratusan warga nahdliyin Kecamatan Gunung Agung memadati halaman masjid Al Iman, tiyuh Mulya Sari dalam rangka Pengajian Akbar Triwulan NU sekaligus halal bihalal, minggu pagi (28/04/2024). Agenda ini digelar rutin tiga bulan sekali sebagai rangkaian kegiatan MWC NU Gunung Agung. Acara yang dilaksanakan pada pagi hari dihadiri ratusan umat muslim serta pengurus NU sekecamatan gunung agung, terlihat pula para kepalo tiyuh, bhabinkamtibmas, babinsa, alim ulama seputaran Gunung Agung.
Ketua MWC NU Gunung Agung, ustadz Widiyanto saat ditemui reporter nutubaba mengatakan selain menjadi rangkaian rutinan kegiatan NU dalam memperkuat iman warga nahdliyin dan organisasi NU, pengajian ini juga untuk menjalin silaturahmi dan halal bi halal bersama seluruh warga NU yang ada di Gunung Agung. Disisi lain juga sebagai wujud kader NU dalam menjaga kebersamaan dalam keberagaman dalam membangun bangsa Indonesia setelah pesta demokrasi.
Dalam kesempatan yang sama, ustadz Widiyanto menambahkan terdapat kurang lebih lima ratusan umat muslim yang hadir menyemarakkan pengajian Triwulan NU ini, dengan mengajak agar seluruh jamaah yang hadir menjaga kerukunan antar sesama supaya rasa persatuan di daerah semakin kuat. Jangan sampai terjadi perpecahan dalam diri umat Islam karena berbeda pandangan politik, berbeda pilihan. Apapun pilihan masyarakat, persatuan dan kesatuan tetap harus di jaga, dan persaudaraan diatas segalanya.

Dalam kesempatan halal bihalal ini mengambil tema ” hilangkan permusuhan demi berlangsungnya persaudaraan ” dengan menanamkan sikap terhadap diri kita 3 hal :

1. Menyambung silaturahmi terhadap orang yang memutus silaturahmi terhadap kita
Dari Anas bin Malik radiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia menyambung silaturahim.” (Bukhari dan Muslim).
Sayangnya, yang disebut menyambung silaturahim bukanlah sekadar membalas kebaikan dari orang lain atau dari kerabat yang hubungannya baik-baik saja dengan kita, justru menyambung silaturahim dilakukan untuk menjalin kembali hubungan dengan orang-orang yang bersikap keras atau memutus silaturahim dari kerabatnya sendiri.

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash-ra, dari Nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wassalam yang bersabda: “Bukanlah orang yang menyambung (silaturrahim) itu adalah orang yang membalas (kebaikan orang lain), akan tetapi penyambung itu adalah orang yang jika ada yang memutuskan hubungan ia menyambungnya.” (HR. Ahmad, Al Bukhariy, Abu Daud, At Tirmidziy dan An Nasa’iy).

2. Memaafkan terhadap orang yang menyakiti kita
Sebagai makhluk sosial, manusia harus saling memaafkan satu sama lain, sebab keutamaan memaafkan dalam Islam sangat istimewa. Hal ini diperkuat dengan firman Allah yang artinya:

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf : 199)

“Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha pengampun.” (QS. Al-Mujadilah : 2).

3 Bersedekahlah terhadap orang bakhil
Perhatikan ayat ini, QS Al-Baqarah ayat 268. “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” (QS. Muhammad [47]:38).

Ketiga pesan kyai Muhayat tersebut dijabarkan dengan lugas, jelas dan gamblang, sesuai dari moment halal bihalal sekaligus meredam perselisihan pasca pemilu. Untuk merukunkan dan menenangkan situasi di masyarakat agar seluruh masyarakat untuk kembali bersatu, tidak boleh terkotak-kotak, atau membuat kelompok dan kubu-kubuan. Semua harus kembali rukun dan bergotong royong membangun bangsa. Kyai juga mengimbau kepada para pimpinan kepala tiyuh, tokoh masyarakat dan agama untuk terus memberikan edukasi dan keteladanan yang baik, merajut kembali nilai-nilai persatuan dan persaudaraan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang rukun, bersatu, adil, makmur dan berkemajuan. (rep. mwcnu gunung agung).

Pos terkait

banner 300600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *